Selalu ada jalan jika ada kemauan yang kuat

Selalu ada jalan jika ada kemauan yang kuat

Pasar malam dibuka di sebuah kota. Seluruh penduduk menyambutnya
dengan gembira. Ada berbagai macam permainan, stand makanan dan
sirkus. Tetapi kali ini yang paling istimewa adalah atraksi manusia
kuat.

Setiap malam ratusan orang menonton pertunjukkan manusia kuat. Ia bisa
melengkungkan baja hanya dengan tangan telanjang. Ia bisa
menhancurkan batu bata tebal dengan tinjunya. Ia mengalahkan semua
pria di kota itu dalam lomba panco. Tapi untuk menutup
pertunjukkannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia
memeras terus hingga tetes terakhir air jeruk itu terperas.
Kemudian ia menantang para penonton, “Barang siapa yang bisa memeras
hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini, akan
kuberikan dia uang satu juta.”
Kemudian naiklah seorang lelaki, atlit binaraga, ke atas panggung.
Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras… dan memeras… tapi tak
setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah
terperas habis. Ia gagal.
Beberapa pria kuat dari penjuru kota mencoba, tapi tak ada yang
berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum. Kemudian ia
berkata, “Aku berikan satu kesempatan terakhir. Siapa yang mau
mencoba?”
Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta
agar ia boleh mencoba.
“Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung.” Manusia kuat itu
membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tergelak-
gelak mengolok-olok wanita itu.
Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak
penonton yang menertawakannya.
Lalu wanita itu mencoba memeras dengan penuh konsentrasi.
Ia memeras…memeras… memeras dan “ting!” setetes air jeruk muncul
terperas dan jatuh membasahi lantai panggung. Para penonton terdiam
terperangah. Lalu cemoohan mereka segera berubah menjadi tepuk tangan
riuh.
Manusia kuat lalu memeluk wanita kurus itu, katanya, “Nyonya, aku
sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, ribuan
orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku
tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya kau satu-satunya yang
berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu, bagaimana kau bisa
melakukan hal itu?”
“Begini,” jawab wanita itu, “Jika suamimu sedang jatuh sakit keras
dan tak bisa bekerja mencari nafkah, sedangkan kau memiliki delapan
anak yang harus kau beri makan setiap harinya, lalu kau harus kuat
mencari uang meski hanya serupiah-dua rupiah, maka hanya memeras
jeruk untuk mendapatkan satu juta rupiah bukanlah hal yang sulit.”
“Bila anda memiliki alasan yang cukup kuat, anda akan menemukan
jalannya”, demikian kata seorang bijak. Seringkali kita tak kuat
melakukan sesuatu karena tak memiliki alasan yang cukup kuat.

Batu Kecil yang seringkali terabaikan

Batu Kecil yang seringkali terabaikan

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok
yang sangat tinggi. Pada suatu saat ia harus menyampaikan
pesan penting kepada teman kerjanya yang ada di bawahnya.
Pekerja itu berteriak-teriak,tetapi temannya tidak bisa
mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin dan orang-
orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.
Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang ada di
bawahnya, ia mencoba melemparkan uang logam di depan
temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu
lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi
usahanya yang keduapun memperoleh hasil yang sama.
Tiba-tiba ia mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu
melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai
kepala temannya, dan karena merasa sakit, temannya menengadah
ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang
berisi pesannya.
Tuhan kadang-kadang menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk
membuat kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan melimpahi
kita dengan rahmat, tetapi itu tetapi tidak cukup untuk membuat
kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar kita selalu mengingat
kepadaNya, Tuhan sering menjatuhkan “batu kecil” kepada kita.

Berpisah Penuh Makna

Berpisah Penuh Makna

Perpisahan menimbulkan banyak makna dan tanda tanya. Meninggalnya seseorang
terkadang menimbulkan tanya dari yang ditinggalkan, “Apa yang telah dia lakukan?
Apa yang sebaiknya akau lakukan?”

Demikian juga berpisahnya seseorang dari keluarga, saudara, teman, sahabat, atau
rekan kerja. Seringkali diikuti tangis yang menandakan kesedihan amat dalam
karena harus meninggalkan atau harus ditinggalkan, sementara setelah acara
perpisahan usai, sirna silaturahim. Tawa ejekan dan gunjingan yang tersisa. Atau
kita kebingungan mencari kata-kata dan hadiah yang cocok untuk orang yang akan
ditinggalkan atau yang akan meninggalkan.
Ada tiga hal positif yang bisa kita berikan ketika kita harus berpisah dengan
keluarga, saudara, teman, sahabat, atau rekan kerja untuk suatu waktu tertentu.
Tiga hal yang bisa melapangkan jalan kita selanjutnya, tanpa beban, dan memberi
kenangan yang bermanfaat sepanjang masa.
Pertama, ucapkan syukur kepada Tuhan karena diberi kesempatan berkumpul dan
bekerja sama dengan orang-orang yang kita tinggalkan. Berikan ucapan terima
kasih yang ikhlas kepada mereka atas kerja sama, nasehat, peringatan, koreksi
atau apa saja. Karena apa yang kita terima dari mereka, apakah itu kebaikan atau
keburukan, adalah ujian dari yang Maha Kuasa, bahkan mungkin peringatan yang
diberikan Nya melalui orang-orang disekitar kita. Dengan demikian berarti kita
memberikan penghargaan yang tak terhingga kepada mereka dan menimbulkan rasa
bangga bagi yang menerama ucapan terima kasih, dan itu bisa menimbulkan
semangat, motifasi, atau membesarkan hati.
Kedua, meminta maaf secara tulus kepada yang ditinggalkan. Karena setiap orang
yang terlibat dalam pergaulan, disengaja atau tidak pasti ada kesalahan yang
pernah dilakukan selama itu. Meminta maaf, adalah sebuah jalan untuk menetralkan
dan mencairkan persoalan. Meskipun meminta maaf tidak harus menunggu saat kita
akan berpisah, tetapi melakukan saat waktu-waktu seperti itu akan menimbulkan
kesan yang mendalam, karena siapa tahu ada kesalahan yang tidak kita sadari
telah terjadi, dan kita belum sempat minta maaf.
Ketiga, memberikan wasiat dan nasehat kebaikan. Budaya ketimuran kadang-kadang
kita risi untuk memberikan nasehat yang baik, apalagi saat kita hendak
meninggalkan suatu komunitas. Seringkali kita malah berbasa-basi bahwa semuanya
telah “running well”, sehingga tidak perlu lagi kita berpesan atau berwasiat.
Padahal sudah kewajiban manusia sebagai makhluk yang memberi kebaikan kepada
seluruh alam, untuk selalu berpesan kepada kebaikan. Jadi, sampaikanlah pesan
yang baik kepada mereka yang akan kita tinggalkan dan biarkan pesan itu menjadi
kenangan di hati yang selalu diingat dan tak terlupakan.
Jika kita mampu memberikan yang terbaik buat lingkungan kita, mengapa harus ragu
dan takut membuat perbedaan.

Berapa Banyak yang Telah Kau Berikan Untukku?”

Berapa Banyak yang Telah Kau Berikan Untukku?”

“Berapa banyak yang telah kau berikan untukku?” Satu pertanyaan yang sangat
akrab ditelinga kita dan mungkin sering kita tanyakan kepada orang lain baik
itu secara langsung maupun tidak langsung. Saya teringat sebuah ungkapan
kebijaksanaan yang sangat terkenal dari President Amerika Serikat, John F.
Kennedy yang berbunyi, “Jangan pernah tanyakan kepada Negara apa yang telah
Negara berikan kepadamu tetapi tanyakanlah pada dirimu apa yang telah engkau
berikan kepada Negara”. Kurang lebih demikianlah bunyinya.

Dalam menjalani kehidupan seringkali kita selalu mengungkapkan pertanyaan
itu. Dan mungkin setiap hari pertanyaan itu selalu muncul dalam segala aspek
kehidupan kita, soal pekerjaan, soal persahabatan dan tak luput juga soal
percintaan. Malahan terkadang pertanyaan itu semakin lengkap setelah kita
tambahi kalimat seperti, “Dibandingkan dengan apa yang telah kuberikan
kepadamu maka……” atau “Setelah segala sesuatu yang kulakukan untukmu
maka……” atau mungkin “Melihat semua pengorbananku untukmu maka……”.
Tanpa kita sadari telah banyak tekanan yang kita berikan dalam hidup kita
sendiri dan orang-orang yang ada disekitar kita. Pertanyaan diatas
seringkali juga kita sampaikan dalam bentuk lain, contohnya “Aku telah
menolongmu dan lihat apa yang kaulakukan padaku” atau “Masih tidak cukupkah
semua yang kulakukan untukmu” atau seperti ini “Aku sangat mencintaimu namun
mengapa kau menyakitiku”, dan masih banyak lagi bentuk-bentuk tekanan dan
tuntutan yang kita ajukan kepada orangyang ada disekitar kita yang tanpa
kita sadari telah memberikan tekanan dalam hidup kita sendiri.
Hakekat manusia adalah memiliki kelebihan dan kekurangannya. Setiap kita
tentu memilikinya. Namun terkadang kita seringkali melihat sesuatu atau
seseorang dari sudut pandang kita, dari kacamata kita sendiri tanpa pernah
menempatkan diri kita pada sudut pandang mereka. Memang benar bahwa lebih
mudah bagi kita untuk melihat keluar daripada melihat kedalam dan itulah
salah satu kelemahan mendasar yang dimiliki setiap manusia. Meminta atau
menuntut sesuatu merupakan salah satu sifat dasar alamiah yang ada dalam
diri setiap manusia. Sejak masih dalam kandungan secara langsung atau tidak
kita telah meminta dan menuntut dan hal itupun berlanjut hingga kita
melangkahkan kaki ke liang kubur.
Setiap kelemahan mendasar dan sifat dasar alamiah yang kita miliki adalah
sebagian dari elemen-elemen yang membentuk kita dan memberikan kita keunikan
sebagai seorang pribadi atau individu. Namun ada sebagian dari elemen-elemen
itu yang harus kita buang, ubah atau diperbaiki agar dapat memberikan
cirri-ciri menarik dalam kepribadian kita. Tentu hal ini akan sangat baik
dan penting bagi kita sebagai mahluk sosial dalam berinteraksi dengan dunia
yang ada disekitar kita.
Menuntut dan meminta adalah bias dari kebutuhan kita sebagai manusia akan
sesuatu baik itu bersifat materiil ataupun spiritual. Kebutuhan akan
perhatian, kasih sayang dan kebahagiaan adalah sebagian sebab hingga kita
memiliki tuntutan dan permintaan. Bukanlah hal yang salah jika kita meminta
dan menuntut sesuatu karena itu adalah salah satu sarana bagi setiap manusia
untuk merefleksikan kemanusiaannya. Ketidaksempurnaan segala sesuatu
termasuk kita manusia seringkali mengubah tuntutan dan permintaan itu
menjadi beban bagi kita, bagi orang lain dan bagi hubungan yang kita jalin
dan bangun dengan orang lain. Sehingga bukan kebahagiaan yang kita temukan
namun beban dan sakit hati yang selalu kita dapatkan dari semua permintaan
dan tuntutan itu. Jadi, bagaimana cara menyiasati agar sifat dasar meminta
dan menuntut itu dapat berubah dari kelemahan menjadi kekuatan kita?
“Lebih baik tangan diatas daripada tangan dibawah.” Ungkapan kebijaksanaan
abadi yang memiliki arti yang sangat dalam. Atau dengan bahasa lain dapat
disampaikan sebagai berikut, “Lebih baik memberi daripada menerima”. Inilah
hal yang paling penting yang harus kita bangun dalam jiwa kita. Bagaimana
menemukan kebahagiaan dengan lebih banyak memberi dari pada meminta? Tentu
bukan hal yang mudah untuk merubah pola pikir kita yang selama ini telah
tertanam dan terbentuk selama bertahun-tahun. Perlu kerelaan dan keterbukaan
hati untuk lebih banyak melihat keluar daripada melihat kedalam. Perlu
kemawasan diri untuk mau menempatkan diri dan melihat dari kacamata orang
lain.
Masih lebih baik kita bertanya pada diri kita “Seberapa banyak yang telah
kuberikan kepadanya?” dan jika kita belum menemukan kebahagiaan dan apa yang
kita harapkan dari orang itu maka cobalah untuk melihat dari sudut
pandangnya. Terkadang seseorang menyakitimu ataupun melukaimu bukan karena
dia sengaja atau tak peduli padamu ataupun tak mencintaimu serta tak ingat
akan setiap pengorbananmu namun terkadang banyak hal yang dia sebagai
manusia tak bisa membendungnya. Pasti ada alasan dibalik semua itu dan
itulah saatnya bagi kita untuk melihat dari kacamatanya dan merefleksikan
keadaan tersebut.
Jika kita memberi sepenuhnya dan dapat melihat serta mengerti akan seseorang
maka kita akan menemukan kebahagiaan dibalik ketidaksempurnaan. Dan mungkin
dengan semua itu kita dapat merubah seseorang itu sempurna bagi kita.
Ingatlah, setiap ungkapan kebijaksanaan diatas dan satu lagi, “Love is not
demanding but understanding”. Jadi, jika kau hendak memberi, berikanlah
tanpa pamrih dan jika kau mencintai, cintailah tanpa alasan. Itulah hakekat
kesejatian yang abadi dan niscaya jika kita telah dapat menyelaminya maka
kebahagiaan sejati akan menjadi milik kita.

Nikmati Indahnya Kehidupan Setiap Hari

Nikmati Indahnya Kehidupan Setiap Hari

“Life is not be endured, but to be enjoyed. – Hidup tidak untuk dipikul, tetapi untuk dinikmati.”
Hubert H. Humphrey, mantan wakil presiden & senator Amerika.
Setiap hari adalah hari yang sangat indah dan istimewa, di mana pun kita berada dan apa pun yang kita kerjakan. Kehidupan sehari-hari yang indah dan bisa kita nikmati tidak selalu terlihat cantik dan menyenangkan. Karena kehidupan kita ini adalah sebuah proses, yang penuh dengan dinamika, ketidakpastian, perubahan, dan pencobaan dalam bentuk suka maupun duka.

Dikisahkan tentang sebuah fenomena seorang wanita, sebut saja Susi.
Wanita tersebut berlibur bersama suaminya, Hidayat, ke Australia.
Susi sangat tertarik pada sebuah baju yang indah terbuat dari bulu biri-biri. Ia pun membeli baju tersebut dan merencanakan akan mengenakan baju itu bila putri sulungnya diwisuda tahun depan. Baju indah itu pun selalu terbalut plastik dan tergantung rapi di dalam lemari.
Susi sangat bergairah menunggu saat menghadiri acara wisuda itu.
Tetapi ternyata Ia mengalami kecelakaan 6 bulan sebelumnya. Susi terluka sangat parah, dan meninggal dunia saat itu juga. Baju indah itu pun tidak akan pernah dikenakan Susi, dan hari istimewa itu juga tidak akan pernah ada untuknya.
Kejadian tersebut adalah ilustrasi mengapa kita jangan berhenti dan memikirkan satu tujuan saja. Karena sebenarnya kita dapat menikmati setiap detik, menit atau setiap proses perjuangan sebelum berhasil mencapai tujuan. Saya mempunyai tiga tips sederhana supaya kita dapat menikmati indahnya kehidupan setiap hari.
Langkah pertama adalah mengerahkan seluruh kemampuan dan kekuatan kita untuk memilih. Menciptakan pilihan itu sangat penting, karena apa yang kita hadapi saat ini merupakan hasil dari pilihan kita di masa yang lalu. “The history of free men is never written by chance, but by choice. – Sejarah seorang manusia merdeka tidak pernah tercipta secara kebetulan, melainkan tercipta karena pilihan mereka sendiri,” kata Dwight D. Eisenhower.
Pilihan dan kemauan merupakan anugerah istimewa sebagai manusia. Bila kita sudah mampu menciptakan pilihan, berarti kita sudah memiliki kendali terhadap arah kehidupan dan menjadi tanggap akan apa yang harus kita kerjakan. Ketika kita memilih untuk selalu berpikir dan bersikap positif dalam memulai dan menyelesaikan tanggung jawab sehari-hari walau apa pun yang terjadi, berarti kita sudah memilih hari kita istimewa setiap hari.
Langkah kedua adalah menempatkan prioritas. Untuk itu kita harus sering-sering bertanya kepada diri sendiri, “Apa yang paling penting saya kerjakan hari ini? Apa yang harus saya selesaikan hari ini?”
Bila Anda selalu dapat menciptakan dan menjalankan prioritas dengan baik maka hal itu akan menjamin hari-hari Anda istimewa.
Setelah menempatkan prioritas, pastikan Anda fokus pada hari ini.
Kita memang memerlukan target jangka panjang, tetapi kita harus berfokus pada hari ini. Selesaikan tugas hari ini hingga tuntas. Jika Anda berusaha menunda, maka tugas-tugas yang harus Anda selesaikan akan kian menumpuk dari hari ke hari. Penyelesaikan tugas pada hari ini maka akan berdampak pada penyelesaian tugas jangka panjang juga.
Dengan melakukan apa yang terbaik pada hari ini, berarti Anda menjadikan hari ini istimewa.
Selain menggunakan ketiga tips tersebut setiap hari, milikilah rasa syukur dan kesadaran bahwa segala sesuatu yang kita temui setiap hari adalah hadiah (“present”) teristimewa dari Tuhan YME. Sebab tidak semua manusia mendapatkan anugerah kehidupan pada hari yang sedang kita rasakan saat ini. Lagipula, sebenarnya keindahan dan kenikmatan hidup hanya ada di dalam hati, tanpa harus dimengerti oleh pikiran kita. Bila Anda sudah memiliki rasa syukur dan kesadaran tersebut, maka hari-hari Anda akan jauh lebih menyenangkan.
Bila kehidupan kita saat ini mungkin masih nampak sebagai sesuatu yang mengecewakan dan tidak sempurna, tidak pernah ada kata terlambat menjadikan hari-hari kita selalu istimewa dan menyenangkan. “Tidak pernah terlambat untuk menjadi apa yang mungkin Anda capai,” kata George Elliot. Cobalah untuk melaksanakan langkah-langkah seperti yang saya uraikan di atas, sekedar untuk memastikan Anda pun bisa menikmati kehidupan ini setiap hari.

Jadilah Pelita dalam kegelapan

Jadilah Pelita dalam kegelapan

Pada suatu malam, seorang buta berpamitan pulang dari rumah sahabatnya.
Sang sahabat membekalinya dengan sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat apa saya bawa pelita? Kan sama saja
buat saya! Saya bisa pulang kok.”

Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini agar orang lain bisa melihat kamu,
biar mereka tidak menabrakmu.” Akhirnya orang buta itu setuju untuk membawa
pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan menabrak
si buta. Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu kan punya mata! Beri jalan
buat orang buta dong!” Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya menabrak si buta. Kali ini si buta
bertambah marah, “Apa kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini
supaya kamu bisa lihat!” Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta! Apa kamu
tidak lihat, pelitamu sudah padam!” Si buta tertegun.. Menyadari situasi
itu, penabraknya meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak
melihat bahwa Anda adalah orang buta.” Si buta tersipu menjawab, “Tidak
apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.” Dengan tulus, si
penabrak membantu menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun
melanjutkan perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi pejalan yang menabrak orang buta
kita. Kali ini, si buta lebih berhati-hati, dia bertanya dengan santun,
“Maaf, apakah pelita saya padam?” Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru
mau menanyakan hal yang sama.” Senyap sejenak. secara berbarengan mereka
bertanya, “Apakah Anda orang buta?” Secara serempak pun mereka menjawab,
“Iya.,” sembari meledak dalam tawa. Mereka pun berupaya saling membantu
menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat. Dalam keremangan malam, nyaris saja ia
menubruk kedua orang yang sedang mencari-cari pelita tersebut. Ia pun
berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka adalah orang buta. Timbul pikiran
dalam benak orang ini, “Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya
bisa melihat jalan dengan lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat
jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan
kebijaksanaan dalam hidup. Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan,
melindungi kita dan pihak lain dari berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi kegelapan batin,
keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke arah orang
lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah dirinya
sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui
peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati
karena menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain.
Ia juga belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang pada umumnya, yang kurang kesadaran,
yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih untuk “membuta” walaupun mereka
bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang seolah bertentangan dengan kita, yang
sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita, sengaja atau tidak sengaja. Mereka
bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak seorang pun yang mau jadi buta,
sudah selayaknya kita saling memaklumi dan saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang sama-sama gelap batin dengan kita.
Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita bahkan tidak bisa melihat
pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta lainnya. Itulah pentingnya
untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek, semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili mereka yang cukup sadar akan pentingnya
memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri kita masing-masing? Jika sudah, apakah
nyalanya masih terang, atau bahkan nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri
kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan
dari sebuah pelita, dan nyala pelita pertama tidak akan meredup. Pelita
kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga tanpa
penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang
membuahkan penciuman. Pikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah
kebijaksanaan.

Teruslah Berlari

Teruslah Berlari

”Ingatkah kawan kita pernah saling memimpikan. Berlari-lari ’tuk wujudkan kenyataan. Lewati segala keterasingan. Lalui jalan sempit yang tak pernah bertuan.”
– Pas Band feat. Tere dalam ‘Kesepian Kita’
HARI sudah gelap. Sebagian lampu-lampu di stadion telah dipadamkan. Pertandingan lari marathon memang sudah lama berakhir. Tiga peraih medali, sudah berganti baju. Pesta di antara mereka sudah berlangsung. Di lapangan, meski masih tersisa beberapa pertandingan atletik, namun penonton sudah tidak sebanyak siang sebelumnya.
Setelah lewat satu jam setelah lomba usai, tiba-tiba penonton dikejutkan pengumuman oleh panitia dari pengeras suara. Pertandingan ternyata belum usai. Masih ada satu pelari lagi yang akan memasuki stadion. Gemuruh tepuk tangan pun membahana di stadion saat seorang pelari mulai memasuki stadion. Para penonton berdiri dan memberikan standing ovation pada pelari bernomor 36 itu.
Langkah sang pelari tak mulus lagi. Bahkan langkahnya sempat terhenti saat memasuki pintu stadion. Sejenak dia tampak meringis menahan sakit, tapi tekadnya sungguh mengalahkan segalanya. Dengan kaki terbebat perban, dengan langkah yang tak sempurna, dia menuju garis finish pada lintasan lari tersebut.
Beberapa menit kemudian, dia pun menyempurnakan tugasnya. Dia menjadi pelari terakhir yang sanggup menyelesaikan jarak 42 kilometer. Pelari asal Tanzania itu menjadi pelari ke 57. Sebelas lainnya memilih menyerah dan ogah menuntaskan pertandingan. Walau menjadi pelari paling buncit, toh sejarah mencatatnya sebagai pelari berhati baja, kukuh bagai karang dalam mengemban sebuah tugas. Tak aneh bila gelar ’a King without crown’ atau ’Raja Tanpa Mahkota’ disematkan padanya.
Itulah sekelumit peristiwa yang terjadi di Mexico City, 42 tahun silam. Saat itu, Meksiko menjadi tuan rumah Olimpiade yang ke 19. Adalah John Stephen Akhwari, pria kelahiran pada 1938 di Mbulu, Tanganyika, Tanzania, membuat catatan penting yang akan dikenang sepanjang masa.
Saat bendera dikibarkan, saat lomba baru dimulai beberapa saat, Akhwari telah terhadang cedera. Pria berkulit legam itu terjatuh, yang menyebabkan ia terluka parah. Akhwari mengalami lepas engsel pada sendi lututnya. Sakit? Jangan ditanya. Rasa nyeri bersarang dilututnya. Akibat lukanya, Akhwari mengalami demam hebat. Pihak panitia pun menyarankan agar ia mengundurkan diri dari lomba. Tapi Akhwari malah memutuskan untuk terus berlari dan melanjutkan perlombaan. Sambil mengatasi rasa nyerinya, Akhwari terus berlari hingga mencapai finish.
Setelah usai, Akhwari ditanya oleh wartawan mengapa ia terus berlari. Akhwari menjawab sederhana, “Negaraku tidak mengirim aku sejauh 5000 mil ke Mexico City untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim aku untuk menyelesaikannya.”
Akhwari tak ingin mengecewakan negara dan seluruh rakyat Tanzania. Karena Akhwari berangkat mengikuti Olimpiade tersebut menggunakan uang yang berasal dari rakyat Tanzania. Negaranya tidak mengirimkannya untuk hanya memulai lomba, tapi juga untuk mengakhirinya. Ribuan dollar uang rakyat harus disisihkan untuk memberangkatkan seorang atlet ke Olimpiade. Tak pelak, Akhwari memberikan inspirasi bagi banyak orang. Bukan karena ia meraih emas. Tapi karena dedikasinya menyelesaikan lomba walau dalam keadaan luka parah.
Dedikasi Akhwari, membuat namanya digunakan oleh ’John Stephen Akhwari Athletic Foundation’, sebuah organisasi yang mendukung pelatihan atlet Tanzania untuk Olimpiade. Akhwari juga diundang untuk Olimpiade tahun 2000 di Sydney, Australia. Dan kemudian juga muncul di Beijing sebagai duta dalam persiapan untuk Summer Olympics 2008.
Kisah Akhwari tak bisa dilakukan banyak orang. Bisa jadi hanya dialah sendiri yang mampu melakukannya. Namun bagi kita, perjuangan Akhwari tetap menjadi istimewa. Dia tidak hanya menanamkan mimpi di kepalanya untuk menjadi terbaik, tapi juga mencapainya dengan semaksimal mungkin.
Hambatan yang ada hanyalah riak kecil yang harus dihadapi dan ditaklukkan. Sejatinya hambatan yang ada di depan mata bukanlah rintangan, melainkan tantangan. Bagaimana kita bisa menaklukkannya adalah tergantung pada niat dan keinginan yang kita miliki. Akhwari dengan tekad yang kuat, dan keteguhannya mengemban amanat adalah sebuah dorongan yang teramat dahsyat untuk menaklukkan semua masalah. Teruslah berlari menggapai mimpi-mimpimu.

Recent Posts

Arsip Blog